Ikan lele merupakan
salah
satu komoditas
perikanan
budidaya air tawar yang
sangat populer di masyarakat. Berbagai jenis/strain lele dibudidayakan mulai
dari lele lokal hingga lele hasil introduksi dari luar negeri dan lele hasil
pemuliaan dihasilkan guna mendukung kebutuhan budidaya lele yang sesuai dengan
harapan pembudidaya. Berikut berbagai jenis lele budidaya yang ada di
Indonesia:
1. Lele DUMBO: diintroduksi oleh PT Cipta Mina Sentosa di
Jakarta pada tahun 1985 melalui Taiwan. Budidayanya dengan cepat segera berkembang luas, tetapi dikarenakan
kurangtepatnya manajemen induk, maka mutu genetisnya telah mengalami
penurunan, ditandai dengan
penurunan laju pertumbuhannya serta
ketidakberaturan morfologisnya (cacat). Karena mutu genetisnya telah menurun serta tidak jelasnya silsilah dan status ikan
lele DUMBO yang saat ini berada di
masyarakat, maka budidaya
strain ikan lele tersebut
mulai kurang diminati.
2. Lele PAITON: diintroduksi melalui Thailand
pada tahun 1998
oleh Charoen Pokphand
Group dan
ditempatkan di
hatchery
PT Surya Windu
Pertiwi di
daerah
Paiton, Probolinggo, Jawa
Timur. Perkembangan budidayanya
cukup pesat di daerah Jawa Timur. Pengembangan
selanjutnya dilakukan
oleh
Model
Pembenihan
Ikan Lele (MPIL) yang
merupakan
Unit
Pelaksana Teknis
(UPT) Dinas Perikanan dan
Kelautan
Propinsi Jawa
Timur
di Mojokerto.
3. Lele CP atau lele SUPER ’99: sama dengan ikan lele PAITON, diintroduksi melalui Thailand pada tahun 1998
oleh Charoen Pokphand Group dan ditempatkan di hatchery PT Central Pangan Pertiwi di daerah
Pabuaran, Subang, Jawa Barat. Pengembangan budidayanya
dikerjasamakan dengan
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BALITKANWAR) Sukamandi. Strain ikan lele
ini
pernah populer di kalangan
pembudidaya ikan
lele di Jawa
Barat. Diproduksi hingga
sekitar tahun 2005, kemudian
terhenti. Stok
induk yang tersisa berada di
salah
satu pembudidaya ikan
lele di daerah
Karawang, Jawa Barat. Saat ini mulai digunakan untuk kegiatan produksi kembali
di Pabuaran oleh PT Central
Pangan Bahari.
4. Lele MASAMO: diintroduksi melalui Thailand pada tahun 2010 oleh PT Matahari
Sakti ke Mojokerto, Jawa Timur. MASAMO merupakan singkatan dari
“Matahari Sakti Mojokerto”. Budidaya strain
ikan lele ini berkembang pesat di daerah
Jawa Timur serta mulai berkembang ke daerah-daerah lain, seperti Tabanan (Bali), Jawa
Tengah, Yogyakarta dan daerah-daerah yang lain. Pesatnya perkembangan tersebut dikarenakan
para pembudidaya mengakui keunggulan tingginya laju
pertumbuhannya. Saat ini strain ikan lele MASAMO telah mencapai generasi kedua (F2).
5. Lele MESIR: diintroduksi dari
Mesir pada tahun
2007 oleh Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Jawa Barat.
Tetapi, upaya pengembangan
strain ikan
lele ini masih kurang dan stok calon-calon induk yang
ada
kurang mendapat perhatian, sehingga
selanjutnya upaya penelitian
dan
pengembangannya (domestikasi) dilakukan oleh Balai
Penelitian Pemuliaan
Ikan (BPPI) Sukamandi
dan Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Saat ini ikan lele tersebut telah
mencapai
generasi kedua (F2).
6. Lele KENYA:
diintroduksi
dari
Kenya
pada
tahun 2011 oleh BBPBAT Sukabumi melalui
program pertukaran
dengan ikan lele SANGKURIANG. Hingga saat ini strain ikan lele ini
masih dalam upaya domestikasi dan upaya ke
arah pemuliaan.
7. Lele BELANDA: diintroduksi dari
Belanda pada tahun 1985
ke Malang, Jawa Timur melalui kerjasama antara Agricultural
University of Wageningen dengan Universitas
Brawijaya. Tetapi, setelah berakhirnya kerjasama tersebut kurang mendapat perhatian. Saat ini stok induk yang tersisa berada di Unit Pengelola Budidaya Air
Tawar
(UPBAT) Kepanjen, Malang,
Jawa Timur yang merupakan UPT Dinas Perikanan
dan
Kelautan Provinsi Jawa Timur, sebagian kecil juga ada di pembudidaya ikan lele
di
daerah Kediri,
Jawa Timur serta di daerah Ungaran, Semarang, Jawa Tengah. Namun demikian, terdapat kemungkinan stok-stok tersebut telah tercampur dengan strain-strain
ikan
lele Afrika yang lain, terutama dengan ikan lele DUMBO dan
PAITON. Selain itu, strain
ikan lele Belanda juga pernah
diintroduksi dari hatchery
perusahaan milik Belanda di Kenya oleh
BBPBAT Sukabumi pada tahun
2011. Saat ini strain ikan lele tersebut masih
dalam tahap domestikasi dan
upaya ke
arah
pemuliaan.
8. Lele SANGKURIANG: merupakan hasil
persilangan
balik (backcrossbred) antara
jantan ikan lele DUMBO generasi keenam (F6) dengan betina generasi kedua (F2) yang
selanjutnya jantan hasil silang balik tersebut kembali disilangbalikkan
dengan betina F2 sehingga dihasilkan strain ikan lele SANGKURIANG yang dirilis oleh BBPBAT
Sukabumi pada tahun 2004
berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor KEP.26/MEN/2004. Secara umum, ikan
lele SANGKURIANG lebih
unggul daripada stok-stok ikan lele
DUMBO
yang ada di masyarakat pembudidaya. Saat
ini ikan lele SANGKURIANG yang disebarkan merupakan generasi keempat
(F4).
9. Lele PHYTON: merupakan hasil persilangan
(crossbred) antara betina ikan lele CP dengan jantan ikan lele DUMBO yang dilakukan oleh kelompok pembudidaya ikan lele di Pandeglang, Banten di bawah koordinasi Dinas
Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang.
10. Lele SANGKURIANG
2:
merupakan benih sebar hasil persilangan antara
betina ikan
lele SANGKURIANG dengan
jantan
ikan lele CP yang dihasilkan oleh BBPBAT
Sukabumi, telah dirilis berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kelautan
dan
Perikanan Nomor 28/KEPMEN-KP/2013.
11. Lele MANDALIKA: merupakan benih sebar hasil persilangan
antara betina ikan lele
SANGKURIANG dengan jantan ikan
lele
MASAMO yang dihasilkan
oleh Balai
Benih Ikan (BBI) Batu Kumbung, Nusa Tenggara Barat, telah dirilis berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 42/KEPMEN-KP/2014.
12. Lele SUKHOI: serupa dengan ikan lele MANDALIKA, merupakan hasil persilangan antara betina ikan lele SANGKURIANG dengan jantan
ikan lele MASAMO yang
dihasilkan
oleh Balai
Layanan Usaha Produksi Perikanan
Budidaya (BLUPPB) Karawang.
13. Lele MASAMO Generasi Kedua dan lele
BURMA: merupakan
hasil pemuliaan
strain
ikan lele MASAMO hasil introduksi dari Thailand
(generasi pertama) melalui persilangan dengan strain-strain ikan lele yang lain.
14. Lele MUTIARA
atau singkatan dari Mutu Tinggi Tiada Tara. ikan lele Mutiara dibentuk dari beberapa strain
ikan lele, yakni strain Mesir, Paiton,
Sangkuriang, dan lokal Sukamandi, untuk menggabungkan keunggulan masing-masing
strain tersebut. Sumber
pakan larva pengganti cacing sutra dengan protein sampai dengan 72% mampu mempercapat pertumbuhan larva lele sampai dengan 20% lebih cepat dari cacing sutra.. campuran 60% casut,udang20% cumi 10% dan kutu air 10% pakan ini bernama layak jelly worms berat 1kg harga sangat terjangkau silahkan hub.087771740467/prawira produsen jell worms cek produk : www.layakmakananobatlarva.simplesite.com
BalasHapus